Program CKG Jangkau Jutaan Masyarakat dan Tingkatkan Penanggulangan Penyakit TBC

oleh -4 Dilihat
oleh
banner 468x60

Oleh: Nila Yunita Sari )*

Hingga kini Indonesia masih dihadapkan pada tantangan besar dalam upaya menekan penyebaran penyakit menular seperti Tuberkulosis (TBC). Data menunjukkan, Indonesia menempati posisi kedua dengan jumlah kasus TBC tertinggi di dunia setelah India. Tingginya kasus ini menandakan perlunya pendekatan menyeluruh, tidak hanya dalam aspek pengobatan, namun juga dalam hal deteksi dini dan partisipasi masyarakat dalam pencegahan.

banner 336x280

Merespons kondisi tersebut, pemerintah terus melakukan penguatan pada berbagai lini, khususnya dalam memaksimalkan fungsi kader kesehatan dan meluaskan jangkauan program Cek Kesehatan Gratis (CKG). Program ini tidak hanya menjadi instrumen penting untuk deteksi penyakit menular seperti TBC, tetapi juga mencakup pencegahan berbagai penyakit kronis lainnya. Melalui upaya ini, pemerintah ingin memastikan bahwa masyarakat tidak hanya mendapat layanan kuratif, tetapi juga preventif yang masif dan merata.

Program CKG yang diluncurkan sejak Februari 2025 telah menjadi salah satu tonggak transformasi layanan kesehatan berbasis pencegahan. Hingga pertengahan tahun ini, program tersebut berhasil menjangkau lebih dari 6,9 juta masyarakat dari berbagai wilayah di Indonesia. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan terhadap kesadaran masyarakat dalam memeriksakan kesehatannya secara berkala. Sebelumnya, lebih dari 60 persen penduduk diketahui belum pernah melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, yang berdampak pada keterlambatan diagnosis dan pengobatan berbagai penyakit, termasuk TBC.

Dalam konteks penanggulangan TBC, CKG berperan sebagai pintu masuk untuk deteksi dini. Masyarakat yang ditemukan memiliki gejala atau risiko tinggi langsung diarahkan untuk mendapatkan pemeriksaan lanjutan dan penanganan medis yang sesuai. Upaya ini dipadukan dengan penguatan kader TBC yang tersebar di berbagai komunitas. Para kader tidak hanya melakukan pendampingan pasien, tetapi juga aktif dalam pelacakan kontak erat dan edukasi pentingnya menyelesaikan pengobatan hingga tuntas.

Kader kesehatan, khususnya kader TBC, memiliki peran vital dalam memutus mata rantai penularan. Mereka bertugas melakukan identifikasi kontak erat, memantau kepatuhan pasien terhadap jadwal pengobatan, serta memastikan pasien tidak menghentikan pengobatan di tengah jalan. Peran ini sangat strategis, mengingat keberhasilan pengobatan TBC sangat bergantung pada konsistensi konsumsi obat dalam jangka waktu minimal enam bulan. Pemerintah kini telah menyediakan jenis obat yang memungkinkan penyelesaian terapi dalam waktu enam bulan secara efektif, sehingga memperbesar peluang pasien untuk sembuh total.

Kombinasi antara pemeriksaan kesehatan gratis dan pemantauan aktif dari kader menciptakan sistem yang saling menguatkan. Pemerintah menilai, tanpa partisipasi masyarakat dan peran aktif kader, mustahil target eliminasi TBC nasional bisa tercapai. Oleh karena itu, pelibatan masyarakat melalui kader kesehatan menjadi salah satu pilar utama dalam strategi nasional pengendalian penyakit menular ini.

Dalam pelaksanaannya, CKG juga menyasar kelompok usia rentan, seperti bayi, balita, dan anak sekolah. Langkah ini sejalan dengan visi pembangunan kesehatan jangka panjang dalam rangka menyiapkan generasi emas Indonesia pada 2045. Pemeriksaan rutin sejak dini diyakini mampu mencegah komplikasi kesehatan yang lebih serius di kemudian hari. Lebih dari itu, anak-anak yang tumbuh sehat secara fisik dan mental akan menjadi modal sosial dan ekonomi bagi bangsa.

Keberhasilan program ini tidak hanya diukur dari jumlah peserta yang terlayani, tetapi juga dari peningkatan kesadaran kolektif masyarakat akan pentingnya pemeriksaan kesehatan. Budaya “lebih baik mencegah daripada mengobati” kini mulai mengakar, seiring dengan masifnya edukasi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun kader di lapangan.

Wakil Menteri Kesehatan, Prof. Dante Saksono Harbuwono, menyampaikan bahwa Indonesia mencatat sekitar 1.090.000 kasus baru TBC setiap tahunnya. Namun, sepanjang tahun 2025, negara telah berhasil mengidentifikasi sekitar 900 ribu kasus. Angka ini mencerminkan keberhasilan pendekatan aktif dalam deteksi dan pelaporan. Tantangan berikutnya adalah memastikan pasien yang telah teridentifikasi benar-benar menyelesaikan pengobatan sesuai ketentuan, guna mencegah resistensi obat dan penularan berulang di lingkungan sosial mereka.

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan terus berkomitmen memperluas jangkauan program CKG dan memperkuat pelatihan bagi kader kesehatan. Dengan begitu, keberlangsungan upaya promotif dan preventif di bidang kesehatan dapat terus ditingkatkan. Dukungan infrastruktur, penyediaan obat yang terjangkau, serta sosialisasi yang berkelanjutan menjadi bagian integral dari strategi nasional penanggulangan TBC dan penyakit kronis lainnya.

Ke depan, tantangan dalam sistem kesehatan akan semakin kompleks. Urbanisasi, perubahan pola hidup, dan ancaman penyakit menular baru akan terus menguji ketahanan sistem pelayanan kesehatan. Namun, dengan fondasi yang kuat melalui program seperti CKG dan optimalisasi peran kader, Indonesia memiliki pijakan kokoh untuk mewujudkan masyarakat yang lebih sehat, tangguh, dan sejahtera.

Program CKG tidak hanya menjadi wujud kehadiran negara dalam menjamin kesehatan masyarakat, tetapi juga menjadi simbol dari perubahan paradigma kesehatan nasional: dari kuratif ke preventif, dari rumah sakit ke komunitas, dari pasif ke aktif. Upaya ini membuktikan bahwa dengan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat, penyakit seperti TBC dapat ditekan dan dikendalikan secara efektif.

)* Penulis adalah Pengamat Kesehatan

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.