Pembangunan Gasifikasi Nias Jadi Pilar Swasembada Energi Indonesia

oleh -4 Dilihat
oleh
banner 468x60

Nias – Pemerintah melalui PT PLN (Persero) terus menunjukkan komitmennya dalam mewujudkan swasembada energi nasional melalui pembangunan infrastruktur gasifikasi di berbagai wilayah, termasuk daerah tertinggal. Salah satu langkah penting tersebut ditandai dengan dimulainya pembangunan infrastruktur gasifikasi untuk Klaster Nias oleh subholding PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI).

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menegaskan bahwa proyek gasifikasi di Nias merupakan bukti konkret bagaimana efisiensi energi mampu menjadi pengungkit pembangunan di wilayah yang sebelumnya mengalami keterbatasan akses energi. Ia menjelaskan bahwa dengan cadangan daya sebesar 20 megawatt setara dengan 43 persen dari beban puncak wilayah ini kini siap menopang geliat ekonomi sektor perikanan, pariwisata, dan usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang tengah tumbuh.

banner 336x280

Darmawan juga menyebutkan bahwa inisiatif gasifikasi ini akan mampu menekan biaya operasional pembangkitan listrik hingga Rp72,4 miliar per tahun pada tahap awal. Tak hanya itu, proyek ini juga diperkirakan membuka peluang investasi baru dan menciptakan lapangan kerja lokal.

“Gasifikasi ini tidak hanya menekan biaya operasional listrik, tapi juga membuka ruang investasi baru dan menciptakan lapangan kerja,” ujarnya.

PLN mencatat pertumbuhan konsumsi listrik di Nias mencapai 11 persen tertinggi di wilayah Sumatra yang menunjukkan peningkatan signifikan kebutuhan energi sebagai dampak langsung dari geliat ekonomi masyarakat.

Sementara itu, Direktur Utama PLN EPI, Rakhmad Dewanto, menjelaskan bahwa proyek ini meliputi pembangunan tangki penyimpanan LNG berkapasitas 3.000 meter kubik serta fasilitas regasifikasi dengan kemampuan mencapai 13 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Infrastruktur tersebut akan menopang operasional Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) yang saat ini berkapasitas 35 megawatt dan akan ditingkatkan menjadi 59 megawatt.

Rakhmad menambahkan bahwa transisi ke gas alam tidak hanya berdampak pada efisiensi, tetapi juga memberikan kontribusi besar terhadap pengurangan emisi karbon. Proyek ini diproyeksikan mampu mengurangi emisi karbon hingga 30 persen atau setara 29 ribu ton CO₂ per tahun, dan akan meningkat hingga 47 ribu ton CO₂ saat kapasitas penuh tercapai.

“Kami berharap proyek ini menjadi tonggak penting dalam pembangunan energi bersih dan berkelanjutan di kawasan luar Jawa,” ujarnya.

Dari sisi pemerintah, Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman P. Hutajulu, menilai proyek gasifikasi Nias sebagai langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan bakar minyak (BBM) serta memperkuat ketahanan energi nasional. Menurutnya, proyek ini sejalan dengan peta jalan transisi energi dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN).

Ia menekankan bahwa proyek di Nias merupakan bagian dari pengembangan enam klaster gasifikasi nasional yang mencakup Sulawesi-Maluku, Nusa Tenggara, Papua Utara, Papua Selatan, dan Kalimantan.

“Groundbreaking ini adalah komitmen nyata menghadirkan energi bersih, efisien, dan terjangkau bagi masyarakat. Ini bukan sekadar proyek infrastruktur, tapi investasi masa depan bangsa,” tegas Jisman.

Dengan langkah nyata ini, pembangunan gasifikasi di Nias bukan hanya menjadi solusi energi regional, tetapi juga simbol kemajuan menuju kemandirian energi nasional yang berkelanjutan.

[edRW]

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.