Oleh : Aristika Utami
Sejak resmi dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto menunjukkan komitmen kuat untuk menempatkan Indonesia sebagai aktor penting dalam percaturan global. Salah satu langkah strategis yang menonjol adalah serangkaian kunjungan luar negeri yang dilakukannya dalam beberapa bulan pertama masa kepemimpinannya. Kunjungan-kunjungan ini bukan hanya simbolis, melainkan merupakan wujud dari diplomasi aktif dan terukur guna memperkuat hubungan bilateral dan multilateral Indonesia dengan mitra kerja strategis di berbagai kawasan dunia.
Presiden Prabowo memahami bahwa tantangan global pasca-pandemi, ketegangan geopolitik, serta dinamika ekonomi dunia menuntut kepemimpinan yang proaktif. Oleh karena itu, ia menjadikan diplomasi sebagai salah satu pilar utama dalam menjalankan politik luar negeri Indonesia.
Dalam kunjungannya ke luar negeri, Presiden Prabowo mengedepankan pendekatan kerja sama yang setara, saling menghormati, dan berorientasi pada hasil nyata. Setiap kunjungan dirancang dengan matang, menyasar sektor-sektor strategis seperti pertahanan, energi, ketahanan pangan, pendidikan, serta teknologi.
Marty Natalegawa, mantan Menteri Luar Negeri RI, mengatakan pihaknya turut mengamati perkembangan ini. Gaya diplomasi Prabowo membawa semangat baru, yang berimbang antara ideologi dan kepentingan nasional. Ini penting untuk menjaga netralitas Indonesia.
Salah satu sorotan utama dalam diplomasi luar negeri Prabowo adalah penguatan kerja sama pertahanan yang modern dan profesional. Indonesia berusaha membangun kemitraan pertahanan bukan hanya dari sisi pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista), melainkan juga pengembangan industri pertahanan dalam negeri melalui transfer teknologi dan kerja sama riset bersama.
Dalam pertemuannya dengan para pemimpin negara maju, Prabowo menegaskan bahwa Indonesia ingin menjadi mitra setara dalam pengembangan teknologi pertahanan. Kesepakatan kerja sama joint production, pelatihan militer bersama, dan pertukaran akademi militer menjadi bukti dari arah baru yang diusung pemerintahannya.
Selain pertahanan, sektor pangan dan energi menjadi agenda penting dalam lawatan luar negeri Presiden Prabowo. Ia menggarisbawahi bahwa ketahanan pangan dan energi adalah dua fondasi utama dalam menjaga kedaulatan bangsa di era globalisasi. Dalam kunjungannya ke Brasil dan Argentina, misalnya, Prabowo menjajaki peluang kerja sama dalam hal impor jagung, gandum, dan kedelai sekaligus pengembangan pertanian modern berbasis teknologi.
Sementara itu, di kawasan Timur Tengah seperti Uni Emirat Arab dan Arab Saudi, Presiden Prabowo membuka peluang investasi di bidang energi terbarukan, pengolahan minyak, serta pengembangan proyek strategis hijau berbasis ekonomi berkelanjutan. Ini sejalan dengan visi Indonesia untuk mempercepat transisi energi serta memperkuat posisi sebagai pemimpin di kawasan dalam isu-isu lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan.
Melalui kunjungan-kunjungan strategis ini, Presiden Prabowo menegaskan posisi Indonesia sebagai kekuatan menengah (middle power) yang memiliki peran besar dalam menjaga stabilitas regional maupun global. Dalam pertemuan ASEAN, G20, dan forum-forum multilateral lainnya, ia kerap menegaskan pentingnya kerja sama internasional berbasis prinsip non-blok, kemandirian, dan keadilan global.
Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media, Sekretariat Presiden, Yusuf Permana mengatakan Kunjungan Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto ke Republik Arab Mesir menghasilkan capaian penting dalam hubungan bilateral kedua negara, ini menjadi tonggak penting yang menegaskan keseriusan kedua negara dalam memperkuat kerja sama di berbagai bidang. Penguatan pada bidang prioritas ini mulai dari politik, ekonomi, pertahanan, keamanan, hubungan budaya dan pendidikan, hingga hubungan antar masyarakat.
Diplomasi Prabowo juga menekankan pentingnya menjaga perdamaian dunia. Indonesia, di bawah kepemimpinannya, terus mendorong penyelesaian konflik melalui jalur damai, dialog, dan diplomasi. Ia juga aktif mengusulkan inisiatif baru, termasuk pembentukan forum dialog strategis Asia-Afrika untuk memperkuat solidaritas antara negara-negara berkembang.
Satu hal yang tidak bisa dipisahkan dari kunjungan luar negeri Presiden Prabowo adalah kepentingan ekonomi nasional. Setiap pertemuan diplomatik selalu diarahkan untuk membuka peluang investasi, memperluas pasar ekspor Indonesia, serta mendorong masuknya teknologi yang bisa memperkuat industri dalam negeri.
Dalam pertemuan dengan para investor global, Prabowo secara konsisten menampilkan Indonesia sebagai negara dengan stabilitas politik yang kuat, sumber daya manusia yang kompetitif, serta komitmen pada reformasi birokrasi dan kemudahan berusaha. Tak heran, sejumlah MoU bernilai miliaran dolar berhasil ditandatangani di sektor manufaktur, infrastruktur, pertanian, hingga digital.
Pengamat politik global dari GREAT Institute, Teguh Santosa mengatakan, kemandirian dalam menjalin hubungan internasional menjadi syarat utama agar Indonesia tetap dapat menjalankan politik bebas aktif, sebagaimana diamanatkan para pendiri bangsa. Teguh juga berharap rangkaian kunjungan ini dapat menjadi solusi atas hambatan ekonomi dan investasi yang muncul akibat kebijakan luar negeri Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump.
Kunjungan luar negeri Presiden Prabowo Subianto tidak bisa dipandang sebagai rutinitas seremonial, melainkan bagian dari strategi besar dalam memperkuat posisi Indonesia di panggung dunia. Dengan pendekatan diplomasi aktif, realistis, dan berorientasi pada kepentingan nasional, Prabowo menunjukkan kepemimpinan yang tegas namun terbuka terhadap kolaborasi.
Di era yang penuh ketidakpastian ini, langkah Prabowo untuk membangun jaringan kerja sama strategis yang luas merupakan pondasi penting bagi terwujudnya visi Indonesia Emas 2045 — sebuah negara maju, mandiri, dan berdaulat di tengah dunia yang terus berubah.
)* Pengamat Kebijakan Publik