Diplomasi Tarif Langkah Strategis Hadapi Kebijakan Ekonomi Trump

oleh -6 Dilihat
oleh
banner 468x60

Oleh : Andi Mahesa )*

Kebijakan ekonomi Presiden Donald Trump yang kembali mencuat dengan pendekatan proteksionisme dan kenaikan tarif terhadap sejumlah negara mitra dagang, termasuk Indonesia, menjadi tantangan tersendiri bagi stabilitas perdagangan global. Bagi Indonesia, yang tengah berupaya memperkuat fondasi ekonominya dan mendorong ekspor, respons terhadap kebijakan ini harus bersifat strategis dan jangka panjang. Alih-alih memilih konfrontasi, pemerintah Indonesia secara cerdas menempuh jalur diplomasi dan negosiasi sebagai instrumen utama untuk menjaga hubungan dagang yang sehat dan berkelanjutan dengan Amerika Serikat.

banner 336x280

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan bahwa pemerintah telah melakukan pertemuan tingkat tinggi dengan US Trade Representative dan Departemen Perdagangan Amerika Serikat. Fokus utama dari pertemuan tersebut adalah membuka ruang dialog untuk menciptakan perdagangan yang lebih adil dan seimbang, sembari menjaga kepentingan nasional tetap terlindungi. Upaya ini tidak hanya menunjukkan kematangan diplomasi ekonomi Indonesia, tetapi juga menegaskan bahwa negara ini tidak tinggal diam menghadapi tantangan global.

Indonesia menawarkan beberapa bentuk kerja sama yang bersifat saling menguntungkan sebagai bagian dari upaya meredakan dampak dari kebijakan tarif yang diberlakukan oleh AS. Tawaran tersebut mencakup peningkatan pembelian energi seperti LNG dan sweet crude oil dari AS, hingga impor produk agrikultur seperti gandum. Tidak hanya berhenti pada perdagangan barang, Indonesia juga membuka pintu untuk kerja sama strategis di sektor investasi, pendidikan, teknologi, hingga penguatan ekonomi digital dan layanan keuangan. Ini adalah bukti bahwa pemerintah tidak melihat isu tarif ini secara sempit, melainkan sebagai peluang untuk memperluas spektrum kerja sama bilateral yang lebih kokoh.

Langkah ini mendapat dukungan dari berbagai kalangan, termasuk dari legislatif. Ketua Komisi XI DPR RI, Misbakhun, menyebutkan bahwa pengiriman Tim Khusus Tingkat Tinggi oleh pemerintah Indonesia adalah langkah awal yang tepat. Pihaknya menekankan bahwa arah kebijakan Presiden Prabowo sangat jelas: melakukan reformasi struktural dan deregulasi demi menciptakan efisiensi dalam perekonomian nasional. Dengan memperbaiki hambatan internal yang selama ini menyulitkan dunia usaha, Indonesia akan menjadi lebih kompetitif di pasar global, dan daya tawarnya dalam negosiasi internasional pun meningkat.

Negosiasi ini juga harus mempertimbangkan konteks geopolitik dan realitas hubungan ekonomi global. Pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjadjaran, Teuku Rezasyah, mengingatkan pentingnya strategi diplomasi yang fleksibel dan terukur. Menurutnya, pemerintah Indonesia harus memperjuangkan agar produk-produk berbasis tenaga kerja padat seperti tekstil dan alas kaki tidak dikenakan tarif tinggi saat masuk pasar AS. Hal ini penting untuk menjaga daya saing sekaligus menyerap tenaga kerja dalam negeri secara berkelanjutan.

Teuku juga menekankan bahwa meskipun Indonesia menikmati surplus perdagangan dengan AS, posisi tawar Indonesia tidak boleh dibangun atas sikap defensif semata. Pemerintah perlu terbuka terhadap kompromi strategis, seperti memberikan akses terbatas bagi produk-produk AS ke pasar domestik. Namun, kompromi tersebut harus dilakukan secara selektif, berdasarkan kajian ekonomi yang komprehensif, dan tidak boleh merugikan industri dalam negeri. Masuknya produk asal AS tentu akan menambah tingkat persaingan, terlebih di tengah pasar yang sudah dibanjiri barang-barang dari Tiongkok. Oleh karena itu, pemerintah dituntut untuk tetap menjaga keseimbangan antara keterbukaan pasar dan perlindungan sektor strategis nasional.

Lebih dari sekedar menjaga hubungan bilateral, langkah diplomasi tarif ini merupakan bagian dari strategi besar Indonesia untuk memperkuat posisi dalam rantai pasok global. Dengan mengedepankan negosiasi, Indonesia tidak hanya menghindari risiko konflik dagang yang merugikan, tetapi juga menunjukkan kemampuannya sebagai negara yang berdaulat dan rasional dalam pengambilan kebijakan luar negeri. Keputusan untuk menyelesaikan perundingan dalam 60 hari, serta menyepakati kerangka kerja sama dalam format kemitraan perdagangan dan investasi, adalah cerminan dari kemajuan diplomasi ekonomi Indonesia yang patut diapresiasi.

Tentu, tantangan belum selesai. Masih ada 1 hingga 3 putaran lanjutan perundingan yang akan menentukan arah final dari kerja sama ini. Namun, sinyal positif sudah sangat terlihat dari kedua belah pihak. Dengan pendekatan yang berbasis pada kepentingan bersama dan semangat kemitraan, Indonesia menunjukkan bahwa keberanian tidak selalu berarti menantang, melainkan mampu berdialog dengan kepala tegak dan hati yang terbuka.

Ke depan, masyarakat Indonesia diharapkan dapat mendukung penuh langkah-langkah pemerintah dalam merespons kebijakan ekonomi global, termasuk kebijakan tarif dari negara-negara mitra strategis seperti Amerika Serikat. Dukungan publik sangat penting agar posisi Indonesia dalam forum internasional semakin kuat, sekaligus memastikan bahwa segala kebijakan yang diambil pemerintah benar-benar berakar pada aspirasi rakyat dan demi kepentingan nasional. Mari bersama-sama menjaga kedaulatan ekonomi Indonesia melalui diplomasi cerdas dan kebijakan strategis. Dengan demikian, Indonesia tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh sebagai pemain utama dalam percaturan ekonomi dunia.

)* Penulis adalah mahasiswa salah satu PTS di Jakarta.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.