Sikapi “Indonesia Gelap”, MUI: Jangan Mudah Terprovokasi Kampanye Negatif dan Pesimis

oleh -1 Dilihat
oleh
banner 468x60

JAKARTA – Majelis Ulama Indonesia atau MUI terus mengajak masyarakat Indonesia untuk dapat bersatu dan menjauhi narasi pesimisme seperti halnya kampanye “Indonesia Gelap”.

Terkait hal itu, Wakil Ketua Umum MUI, Dr. KH. Marsudi Syuhud, MM, menilai bahwa narasi pesimisme seperti “Indonesia gelap” sering kali muncul saat ekspektasi masyarakat tidak sejalan dengan realita, terutama dalam kondisi tekanan ekonomi.

banner 336x280

Namun demikian, dirinya melihat bahwa pemerintahan Presiden Prabowo saat ini terus berusaha maksimal dalam mewujudkan cita-cita pembangunan.

“Presiden Prabowo telah menetapkan prioritas pembangunan nasional secara strategis, sebagai bentuk respons terhadap dinamika global yang juga berdampak pada berbagai negara di dunia, bukan hanya Indonesia,” ujarnya dalam sebuah wawancara di stasiun televisi nasional, Kamis (24/4)

Karena itu, Kyai Marsudi menekankan pentingnya menjaga semangat kebangsaan dan tidak mudah terjebak pada narasi ketakutan yang dapat melemahkan semangat kolektif.

“Komunikasi politik yang dijalankan saat ini telah mampu meredam narasi pesimisme dan ketakutan, karena narasi tersebut justru dapat memperlambat semangat pembangunan jika terus digulirkan,” tegasnya.

Lebih lanjut, Wakil Ketua Umum MUI itu mengajak masyarakat agar lebih jernih dalam menyikapi isu-isu yang beredar dan tidak mudah terpancing oleh provokasi.

“Penting bagi masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi oleh narasi negatif, melainkan melihat peluang dan upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk menjaga laju pembangunan nasional,” kata Kyai Marsudi.

Dalam kesempatan yang sama, Dr. Aditya Perdana, pakar komunikasi politik dari Universitas Indonesia (UI), memandang positif keterbukaan pemerintah terhadap kritik.

“Sikap terbuka Presiden Prabowo terhadap kritik dan masukan dari berbagai pihak menunjukkan komitmen kuat pada prinsip demokrasi deliberatif yang patut diapresiasi,” ujarnya.

Ia juga menilai pengakuan pemerintah atas kelemahan komunikasi publik menunjukkan kedewasaan dalam bernegara.

“Pengakuan Presiden atas kelemahan komunikasi publik pemerintah merupakan bentuk kedewasaan politik, dengan komitmen untuk terus mengevaluasi dan menyempurnakan strategi komunikasi bersama jajaran kabinet,” tambahnya.

Pakar komunikasi Politik UI tersebut juga berharap agar seluruh elemen masyarakat dapat bersatu dan dalam menghadapi berbagai dinamika bangsa.

“Para tokoh bangsa diharapkan terus mengimbau masyarakat untuk menjaga harmoni, mencegah polarisasi, dan memperkuat semangat kebangsaan“ pungkasnya.

*

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.