Jakarta – Pemerintah terus mendorong kebijakan hilirisasi untuk meningkatkan pemerataan ekonomi kawasan tertinggal. Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT), Yandri Susanto, menegaskan bahwa hilirisasi desa tidak hanya berkutat di sektor tambang, tetapi mencakup potensi komoditas lokal lainnya yang dapat diolah untuk menghasilkan nilai tambah yang tinggi.
“Hilirisasi desa itu tidak melulu soal tambang,” jelasnya.
“Di Blitar, misalnya, kulit kambing bisa diolah jadi bedug yang diekspor dengan harga tinggi. Ini contoh hilirisasi yang bisa diterapkan di banyak desa lainnya,” Imbuh Yandri.
Ia menekankan pentingnya setiap desa memiliki produk unggulan yang bisa diolah hingga bernilai ekspor.
“Bayangkan kalau barang mentah dijual begitu saja, pasti murah. Tapi kalau diolah menjadi barang berkualitas, bisa diekspor dengan nilai jual tinggi,” ujarnya.
Hal ini menjadi bagian dari upaya Mendes PDT untuk mengoptimalkan kekuatan lokal dan mendorong kemandirian ekonomi desa. Ia juga telah meminta jajarannya untuk memetakan desa-desa dengan potensi hilirisasi tinggi, termasuk dalam sektor pertanian dan perkebunan.
“Saya ingin menciptakan hilirisasi versi desa yang sesuai dengan karakteristik masyarakatnya,” tambah Yandri.
Sementara itu, Menteri Investasi dan Hilirisasi, Rosan Roeslani menegaskan bahwa kementeriannya akan melakukan penilaian menyeluruh terhadap sektor-sektor yang potensial untuk hilirisasi.
“Kami akan menilai sektor yang berpotensi seperti perikanan, perkebunan, hingga tambang untuk mendorong nilai tambahnya,” ujar Rosan.
Langkah ini diharapkan dapat menggerakkan investasi yang berkualitas di wilayah yang selama ini minim perhatian, khususnya Indonesia Timur.
“Fokus ke Indonesia Timur bertujuan agar mereka juga mendapat perhatian khusus untuk menarik investasi yang berkelanjutan,” jelasnya, menekankan pentingnya distribusi investasi yang merata.
Di sisi lain, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, juga menyatakan bahwa hilirisasi adalah motor utama bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
“Hilirisasi adalah mesin pertumbuhan ekonomi kita,” katanya. Bahlil menekankan bahwa kebijakan hilirisasi tidak hanya meningkatkan nilai produk tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama di daerah-daerah yang kurang berkembang.
Sebagai contoh, ia menyoroti hilirisasi kelapa sawit yang telah menghasilkan produk-produk turunan seperti biodiesel dan biomaterial, yang turut mendukung ekonomi nasional.
**