Jakarta – Dalam menghadapi narasi “Indonesia gelap,” Wakil Ketua Umum MUI, Dr. KH. Marsudi Syuhud, MM, dan Pakar Komunikasi Politik UI, Dr. Aditya Perdana, menekankan kolaborasi antara moral-religius dan strategi komunikasi yang efektif. Keduanya sepakat bahwa menolak provokasi membutuhkan sinergi lintas institusi.
Marsudi menjelaskan bahwa ekspektasi berlebih kerap memicu narasi pesimisme, terutama di tengah tekanan ekonomi global.
“Narasi pesimisme sering kali muncul saat ekspektasi masyarakat tidak sejalan dengan realita, terutama dalam kondisi tekanan ekonomi,” ujar Marsudi.
Ia menegaskan bahwa MUI akan memperkuat pesan optimisme dan kebersamaan melalui forum lintas agama.
Aditya menambahkan bahwa keterbukaan pemerintah terhadap kritik mencerminkan kedewasaan demokrasi.
“Sikap terbuka Presiden Prabowo terhadap kritik dan masukan…menunjukkan komitmen kuat pada prinsip demokrasi deliberatif,” jelasnya.
Ia menilai, pengakuan atas kelemahan komunikasi publik adalah langkah awal untuk membangun kepercayaan.
Keduanya sepakat untuk menyelenggarakan serangkaian dialog publik yang melibatkan akademisi, tokoh agama, dan media.
Dengan kolaborasi semacam ini, publik diharapkan tidak mudah terjebak narasi “Indonesia gelap,” tetapi terdorong untuk melihat peluang dan memberikan masukan konstruktif. Marsudi dan Aditya optimistis bahwa semangat kebangsaan akan semakin kuat ketika komunikasi dan moral-religius berjalan seiring. []