Narasi Indonesia Gelap Hambat Kemajuan: Tokoh Bangsa Serukan Persatuan dan Optimisme

oleh -1 Dilihat
oleh
banner 468x60

Jakarta – Narasi pesimisme seperti “Indonesia Gelap” muncul ketika keinginan masyarakat tidak sejalan dengan kondisi riil, terutama saat menghadapi tekanan ekonomi atau penurunan pendapatan.

Hal ini disampaikan Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dr. KH. Marsudi Syuhud, MM, dalam diskusi di salah satu stasiun televisi nasional, Kamis, 24/04/2025.

banner 336x280

Waketum MUI mengungkapkan bahwa Presiden Prabowo telah menetapkan prioritas pembangunan nasional secara strategis, sebagai bentuk respons terhadap dinamika global yang juga berdampak pada berbagai negara di dunia, bukan hanya Indonesia.

“Komunikasi politik yang dijalankan saat ini telah mampu meredam narasi pesimisme dan ketakutan, karena narasi tersebut justru dapat memperlambat semangat pembangunan jika terus digulirkan,” terangnya.

Menurutnya, pendekatan Presiden Prabowo sejalan dengan ajaran agama yang menekankan pentingnya membangun dengan semangat optimisme dan kebersamaan, bukan dengan rasa takut atau saling menyalahkan.

“Presiden Prabowo Subianto telah mengedepankan pendekatan optimis dalam mengelola sumber daya nasional, dengan menyeimbangkan kebutuhan dan kenyataan serta memunculkan narasi positif di tengah tantangan,” jelasnya.

Lebih lanjut, Marsudi menilai penting bagi masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi oleh narasi negatif, dan harus mampu melihat peluang serta upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk menjaga laju pembangunan nasional.

Perbedaan pendapat, imbuh Marsudi, harus disampaikan secara terbuka dan bertanggung jawab, sementara kritik yang dilontarkan seharusnya bersifat membangun dan tidak menimbulkan perpecahan, agar tercipta semangat bersama dalam membangun bangsa.

Marsudi juga berpendapat bahwa solidaritas nasional harus dilestarikan, dimana tokoh masyarakat dan tokoh agama berperan aktif dalam menyuarakan persatuan dan membangkitkan optimisme sebagai modal utama menuju keberhasilan pembangunan Indonesia.

Pada kesempatan yang sama, Dr. Aditya Perdana, Pakar Komunikasi Politik Universitas Indonesia, menilai sikap terbuka Presiden Prabowo terhadap kritik dan masukan dari berbagai pihak menunjukkan komitmen kuat pada prinsip demokrasi deliberatif yang patut diapresiasi.

Aditya mengatakan keberhasilan Presiden Prabowo merangkul berbagai kekuatan politik menjadi modal strategis dalam mempercepat pembangunan dan menciptakan stabilitas pemerintahan ke depan.

“Situasi ini seharusnya mendorong munculnya optimisme nasional, dengan keyakinan bahwa arah pemerintahan ke depan akan semakin konstruktif dan inklusif,” ungkap Aditya Perdana.

Tingginya ekspektasi masyarakat terhadap program-program pemerintah, tambahnya, harus dikelola dengan komunikasi yang jujur mengenai tantangan yang dihadapi, agar tidak menimbulkan bias dan kekecewaan.

Dia menyebut bahwa pengakuan Presiden atas kelemahan komunikasi publik pemerintah merupakan bentuk kedewasaan politik, dengan komitmen untuk terus mengevaluasi dan menyempurnakan strategi komunikasi bersama jajaran kabinet.

“Para tokoh bangsa diharapkan terus mengimbau masyarakat untuk menjaga harmoni, mencegah polarisasi, dan memperkuat semangat kebangsaan,” harapnya.

Persatuan dan keguyuban seluruh elemen bangsa akan menjadi kekuatan utama dalam menghadapi berbagai tantangan dan dinamika kebangsaan. (*)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.