Mengapresiasi Pidato Kenegaraan Presiden Prabowo Paparkan Strategi Besar Wujudkan Indonesia Emas

oleh -1 Dilihat
oleh
banner 468x60

Oleh : Astrid Widia )*

Presiden Prabowo Subianto membuka babak baru kepemimpinan nasional melalui pidato kenegaraan perdananya di Sidang Tahunan MPR-DPR, yang digelar di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, pada 15 Agustus 2025.

banner 336x280

Pidato kenegaraan perdana tersebut disampaikan dalam suasana yang sangat khidmat, karena dalam momentum menjelang peringatan kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia, ia memaparkan berbagai macam capaian monumental yang berhasil diraih hanya dalam kurun waktu 299 hari saja pada masa kepemimpinannya, sekaligus menguraikan bagaimana arah pembangunan strategis untuk masa depan bangsa ini.

Langkah pembentukan 80.081 Koperasi Desa dan Kelurahan Merah Putih menjadi sorotan utama. Program tersebut memang dirancang oleh pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto sebagai motor penggerak ekonomi kerakyatan yang berdikari, inklusif, dan adil, sesuai dengan mandat dalam Asta Cita ke-3.

Melalui koperasi ini, perputaran uang yang selama ini terpusat hanya di kota saja, diharapkan dapat mengalir dengan jauh lebih baik ke desa, sehingga mampu membuka jutaan lapangan kerja, dan meningkatkan taraf hidup seluruh masyarakat di perdesaan.

Strategi tersebut tidak hanya membangun kemandirian ekonomi, tetapi juga memberikan akses langsung bagi warga untuk mendapatkan kebutuhan pokok dengan harga terjangkau, seperti beras, minyak goreng, LPG bersubsidi, dan pupuk.

Presiden menempatkan capaian swasembada pangan sebagai prestasi bersejarah. Dengan stok beras nasional mencapai 4,2 juta ton (tertinggi sejak Indonesia berdiri) pemerintah berhasil mencetak rekor cadangan pangan.

Untuk pertama kalinya dalam puluhan tahun, Indonesia kembali mengekspor beras dan jagung. Langkah ini didukung oleh pembukaan dua juta hektar lahan sawah baru, terutama di Merauke, Papua Selatan, dan daerah strategis lain, sebagai upaya memutus ketergantungan pada impor pangan.

Kebijakan peningkatan harga beli gabah menjadi Rp6.500/kg, percepatan penyaluran pupuk, serta distribusi alat dan mesin pertanian langsung ke petani, menjadi faktor penguat produktivitas sektor pertanian.

Senyum petani yang menikmati harga gabah stabil mencerminkan hasil nyata dari kebijakan tersebut. Data Perum Bulog menegaskan bahwa cadangan beras pemerintah dan komersial kini mencapai 4.251.259 ton, sebuah pencapaian yang menempatkan Indonesia pada posisi lebih aman secara ketahanan pangan.

Terkait hal tersebut, Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan Hariqo Satria, mengatakan bahwa pidato kepresiden Indonesia mencerminkan komitmen kuat untuk mewujudkan negara maju. Hal tersebut juga menegaskan ketegasan Presiden Prabowo dalam memberantas korupsi, khususnya untuk menindak orang-orang yang serakah, karena Presiden Prabowo tidak membela satu dua orang, namun seluruh masyarkat Indonesia.

Sementara itu, Fraksi Gerindra DPR RI, Budisatrio Djiwandono, melihat pidato tersebut sebagai momentum penting untuk mengonsolidasikan arah pembangunan nasional.

Ia menilai, pemaparan program kerja selama 299 hari serta rencana ke depan menunjukkan konsistensi dalam menjalankan visi pembangunan. Budisatrio menekankan bahwa keberhasilan tersebut juga bertumpu pada fondasi kuat yang telah dibangun sebelumnya, termasuk pelaksanaan program makan bergizi gratis untuk jutaan anak di seluruh Indonesia.

Program itu dinilainya sebagai investasi jangka panjang terhadap kualitas sumber daya manusia, serupa dengan keberhasilan negara seperti Brasil dan Korea Selatan yang memerlukan waktu puluhan tahun untuk mencapai hasil setara.

Selain itu, ia menggarisbawahi sikap terbuka Presiden dalam menerima masukan dan kritik sebagai indikator kepemimpinan yang adaptif. Meskipun tantangan tetap ada, capaian yang sudah diperoleh memberi keyakinan akan kesinambungan pembangunan.

Ketua DPD RI, Sultan Bachtiar Najamuddin, memandang pidato tersebut sebagai cerminan visi seorang pemimpin yang berorientasi pada kejayaan bangsa di tingkat global. Menurutnya, komitmen Presiden dalam memberantas tambang ilegal (termasuk yang melibatkan pejabat berpangkat tinggi) menunjukkan keberanian politik dan kesungguhan dalam menegakkan tata kelola sumber daya alam yang transparan dan berkeadilan. Ia menegaskan, DPD RI siap mengawasi implementasi komitmen tersebut agar selaras dengan prinsip hukum dan kepentingan rakyat.

Mengurai pidato kenegaraan tersebut, terlihat jelas bahwa arah kebijakan pemerintah menempatkan pembangunan ekonomi desa, ketahanan pangan, dan pengelolaan sumber daya alam sebagai prioritas utama. Langkah-langkah yang telah diambil bukan sekadar respons terhadap persoalan jangka pendek, tetapi strategi jangka panjang yang dapat memperkuat daya tahan nasional.

Pendekatan yang menyeimbangkan antara pembangunan ekonomi kerakyatan dan penguatan sektor strategis negara menjadi ciri khas kepemimpinan Prabowo. Visi ini menuntut sinergi lintas sektor, mulai dari pemerintah pusat, daerah, hingga masyarakat. Jika dijalankan secara konsisten, program-program tersebut dapat menjadi tonggak penting menuju Indonesia yang berdikari secara ekonomi dan berdaulat secara politik.

Dalam konteks momentum kemerdekaan ke-80, pidato Presiden Prabowo bukan hanya laporan capaian, melainkan deklarasi arah masa depan. Fondasi ekonomi berbasis desa, pencapaian swasembada pangan, serta komitmen menjaga kekayaan alam menunjukkan bahwa pembangunan yang berkelanjutan memerlukan kombinasi antara visi strategis dan langkah eksekusi yang tegas.

Capaian tersebut, disertai dukungan kebijakan yang konsisten, menjadi modal besar untuk membawa Indonesia pada posisi yang lebih terhormat di panggung dunia. Tantangan global menuntut negara memiliki ketahanan pangan, energi, dan ekonomi yang solid. Pidato kenegaraan perdana ini memberikan gambaran bahwa pemerintahan di bawah Presiden Prabowo memahami tantangan tersebut dan memiliki rencana nyata untuk menjawabnya.

Dengan kerja keras, komitmen politik, serta keberanian mengambil keputusan strategis, arah pembangunan yang disampaikan Presiden dalam pidato itu berpotensi menjadi penanda era baru kebangkitan nasional. Bukan sekadar melanjutkan tradisi pembangunan, tetapi membawa Indonesia menuju lompatan kemajuan yang selama ini menjadi cita-cita kolektif bangsa. (*)

)* Pengamat Politik dan Ketatanegaraan

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.