Oleh: Farhan Farisan )*
Tantangan ekonomi global semakin kompleks akibat gejolak geopolitik, kebijakan proteksionisme, serta ketidakpastian pasar keuangan internasional. Ketegangan antara negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Republik Rakyat Tiongkok berdampak pada rantai pasokan global dan fluktuasi harga komoditas, yang pada akhirnya turut mempengaruhi stabilitas ekonomi di Indonesia.
Pemerintah menunjukkan respons cepat dan strategis untuk mengantisipasi dampak eksternal ini. Salah satunya adalah melalui upaya negosiasi perdagangan dengan mitra strategis seperti Amerika Serikat. Dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan bahwa pembahasan dengan pihak AS tetap berjalan di luar jadwal resmi, menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menjaga keseimbangan hubungan dagang bilateral.
Sri Mulyani juga menekankan bahwa situasi di AS masih sangat cair, dengan kebijakan mereka turut dipengaruhi oleh ketegangan dagang global, termasuk dengan Tiongkok. Oleh karena itu, Indonesia merespons dengan mengajukan lima strategi utama dalam rangka memperkuat posisi ekonomi nasional sekaligus menciptakan relasi yang saling menguntungkan dengan AS.
Langkah pertama adalah menawarkan penyesuaian tarif bea masuk terhadap produk-produk tertentu dari AS. Pendekatan ini dimaksudkan sebagai langkah konstruktif yang menciptakan keseimbangan baru dalam hubungan dagang bilateral, bukan sebagai tindakan represif. Pemerintah ingin menunjukkan bahwa Indonesia tetap terbuka, namun tegas dalam menjaga kepentingan nasional.
Selanjutnya, pemerintah juga menyatakan komitmennya untuk meningkatkan impor produk-produk dari AS, terutama komoditas seperti migas, peralatan teknologi tinggi, dan produk pertanian yang tidak diproduksi di dalam negeri. Ini diharapkan memperkuat kerja sama ekonomi kedua negara, sekaligus meningkatkan ketahanan energi dan teknologi Indonesia.
Reformasi fiskal dan kepabeanan juga menjadi fokus utama. Pemerintah berkomitmen membenahi sistem perpajakan dan bea cukai untuk meningkatkan efisiensi serta transparansi, menciptakan iklim usaha yang lebih kompetitif dan menarik bagi investor asing maupun domestik.
Dalam hal hambatan non-tarif, pemerintah melakukan penyesuaian kebijakan seperti Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan pengelolaan kuota impor. Selain itu, deregulasi terhadap berbagai persyaratan teknis di sejumlah kementerian dan lembaga tengah dipercepat guna memberikan kemudahan akses pasar bagi produk asing, tanpa mengorbankan perlindungan industri lokal.
Indonesia juga menyiapkan kebijakan responsif menghadapi lonjakan impor melalui mekanisme trade remedies. Hal ini penting untuk menjaga daya saing industri dalam negeri agar tidak tergerus oleh produk asing dengan harga yang tidak wajar atau praktik dumping.
Pemerintah memandang reformasi ini sebagai langkah penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif, menjaga stabilitas makroekonomi, serta memastikan keberlanjutan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Harapannya, daya saing ekspor Indonesia meningkat, sekaligus mempererat hubungan strategis dengan AS.
Sementara itu, Ekonom FEB UGM, Muhammad Edhie Purnawan, mengatakan bahwa tantangan utama ekonomi Indonesia saat ini berasal dari ketidakpastian global yang dipicu oleh geopolitik, proteksionisme perdagangan, dan volatilitas pasar keuangan. Kondisi ini melemahkan nilai tukar rupiah, menekan ekspor, serta menggerus daya beli masyarakat.
Menurut Edhie, bank-bank nasional perlu berinovasi dalam memperkuat likuiditas dan manajemen risiko agar mampu beradaptasi dengan tantangan era digital. Dengan fintech yang semakin agresif menyasar segmen milenial, bank konvensional harus melakukan investasi besar pada teknologi seperti open banking dan kecerdasan buatan, sekaligus memperkuat pertahanan terhadap ancaman siber.
Langkah konkret yang perlu ditempuh pemerintah dan Bank Indonesia (BI) adalah memperkuat koordinasi moneter dan fiskal, menjaga ketahanan pangan, mendorong digitalisasi UMKM, serta memanfaatkan diplomasi ekonomi. Strategi ini penting untuk memperkuat kedaulatan ekonomi di tengah ketegangan global yang terus berubah.
Edhie juga menekankan pentingnya mempertahankan BI-Rate serta menjaga rasio kredit yang sehat. Operasi pasar terbuka tetap menjadi instrumen utama dalam menjaga stabilitas rupiah di tengah tekanan dari aliran modal keluar akibat tingginya suku bunga global dan konflik geopolitik.
Selain itu, BI perlu menjaga stabilitas nilai tukar melalui kebijakan suku bunga yang adaptif serta intervensi terukur di pasar valas. Pemerintah juga harus melakukan realokasi belanja negara ke sektor-sektor yang paling terdampak oleh ketegangan dagang global.
Ekonom Mirae Asset Sekuritas, Karinska Salsabila Priyatno, mengatakan bahwa menjaga pertumbuhan ekonomi di kisaran 4,75% memerlukan keseimbangan antara dukungan fiskal dan reformasi struktural. Efisiensi pengeluaran, peningkatan pendapatan dari sektor perpajakan, serta pengelolaan utang yang bijak adalah langkah-langkah yang tidak bisa ditawar.
Negosiasi tarif dengan AS masih berlangsung dinamis, dengan beberapa sektor seperti energi dan pertanian sedang dalam tahap evaluasi. Pemerintah menegaskan bahwa semua tawaran tetap berpijak pada kepentingan nasional, terutama dalam menjaga ketahanan energi dan transfer teknologi.
Karinska juga menyoroti pentingnya perlindungan terhadap infrastruktur digital seperti QRIS dan GPN. Keberlangsungan sistem pembayaran nasional harus dijaga agar Indonesia tidak terjebak dalam ketergantungan digital yang membahayakan kedaulatan ekonomi di masa depan.
Pekan ini, perhatian pasar akan tertuju pada rilis data CPI bulan April dan pertumbuhan PDB kuartal pertama tahun 2025. Kedua indikator ini menjadi tolok ukur penting dalam melihat ketahanan konsumsi domestik di tengah tingginya suku bunga dan tekanan global.
Dengan berbagai strategi dan kolaborasi lintas sektor, Indonesia diharapkan mampu melewati tantangan global dengan kepala tegak. Kunci utamanya adalah sinergi kebijakan, stabilitas makro, keberpihakan pada sektor produktif, serta adaptasi terhadap perubahan global yang cepat dan dinamis.
)* Penulis adalah mahasiswa Bandung tinggal di Jakarta