Oleh: Maria Lumbantoruan*
Kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia adalah momen bersejarah yang sangat dinantikan oleh umat Katolik dan masyarakat luas di seluruh tanah air. Kunjungan ini menjadi yang ketiga kalinya seorang Paus mengunjungi Indonesia, setelah Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1989 dan Paus Paulus VI pada tahun 1970. Dengan usia yang kini menginjak 83 tahun, Paus Fransiskus membawa pesan damai dan persatuan yang sangat relevan di tengah keragaman Indonesia, negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia.
Paus Fransiskus tiba di Gereja Katedral Jakarta, Rabu sore, 4 September 2024. Kedatangan Paus ini pun disambut meriah oleh umat Katolik. Anak-anak juga terlihat menyambut kehadiran Paus Fransiskus di Gereja Katedral Jakarta. Mereka menyambut Paus sambil memainkan alat musik tradisional, yakni angklung dan menyanyikan Viva Il Papa.
Dalam kunjungannya di Gereja Katedral tersebut, Paus berdialog dengan uskup, imam, diakon, pelaku hidup bakti, seminaris, dan katekis sembari menyampaikan pesan tentang iman, persaudaraan dan bela rasa atau faith, fraternity, and compassion.
Paus Fransiskus menyampaikan pesan keras terkait orang yang gemar mencari kekayaan. Dia mengibaratkannya seperti setan dalam saku. Paus menyampaikan, dunia memang akan selalu bergerak maju. Tapi manusia tidak boleh memanfaatkannya untuk kepentingan pribadinya, melainkan harus memperhatikan sesama. Bahkan, setiap umat Katolik diminta untuk selalu mengedepankan bela rasa antar manusia.
Kehadiran Paus Fransiskus di Jakarta bukan hanya sekadar kunjungan ritual bagi umat Katolik, tetapi juga merupakan kesempatan emas bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk merayakan persatuan dan kesatuan. Kedatangan Paus bukan hanya sebuah kebanggaan pribadi, tetapi juga kesempatan untuk mendapatkan berkat dan rahmat langsung dari pemimpin tertinggi Gereja Katolik Sedunia. Kunjungan ini menegaskan komitmen Paus Fransiskus untuk menjalin hubungan yang erat dengan komunitas Katolik di Indonesia. Pertemuan ini juga diharapkan dapat memperkuat hubungan diplomatik antara Indonesia dan Vatikan.
Sementara itu, Uskup Agung Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo menyampaikan bahwa Paus Fransiskus menilai Indonesia memiliki keistimewaan yang beragam dibandingkan negara-negara lain. Kardinal Suharyo mengatakan karena keistimewaan itulah yang membuat Bapa Suci Paus memilih Indonesia sebagai negara pertama yang dikunjungi dalam rangkaian perjalanan Paus Fransiskus ke Asia dan Oseania.
Kardinal Suharyo menyebutkan bahwa Bapa Suci Paus menganggap bahwa cita-cita kemerdekaan Indonesia yang terumus dalam Pembukaan UUD 1945 mirip dengan ajarannya. Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia, lanjut Kardinal Suharyo, juga untuk meneguhkan semua hal yang baik yang sudah ada di Indonesia.
Puncak dari kunjungan Paus akan dilaksanakan pada 6 September 2024 di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), di mana Paus Fransiskus akan memimpin Misa Kudus. Kegiatan ini diharapkan tidak hanya dihadiri oleh umat Katolik, tetapi juga menarik perhatian masyarakat umum dari berbagai latar belakang. Kehadiran Paus di Indonesia diharapkan dapat memberikan semangat kepada umat Katolik untuk lebih berkontribusi dalam pembangunan bangsa. Romo Antonius Rad Budianto, CM., Rektor Seminari Tinggi Kongregasi Misa Indonesia di Malang, menegaskan bahwa figur Paus memiliki pengaruh yang kuat dan dapat menyemangati umat untuk lebih berkontribusi dalam pembangunan bangsa.
Sementara itu, Sekretaris Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda Anshor Jawa Timur, Mohammad Hasan Bisri, menilai bahwa kunjungan Paus Fransiskus adalah momentum istimewa yang menunjukkan keterbukaan dan keramahan Indonesia. Hasan berharap bahwa kunjungan ini akan memperkuat pesan bahwa Indonesia adalah negara yang terbuka dan menerima berbagai macam perbedaan. Harapan ini mencerminkan semangat Indonesia untuk mempromosikan perdamaian dan toleransi di tengah keragaman budaya dan agama yang ada.
Kedatangan Paus Fransiskus juga menekankan pentingnya menjaga kondusivitas dan moderasi beragama. Dalam konteks Indonesia, yang dikenal dengan keragamannya, kunjungan ini adalah kesempatan untuk memperkuat komitmen bersama dalam menjaga harmoni antarumat beragama. Moderasi beragama dan toleransi adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang damai dan sejahtera. Dengan mengedepankan pesan-pesan perdamaian dan persatuan, Paus Fransiskus memberikan teladan yang sangat penting bagi semua pihak untuk tetap menjaga sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan.
Selama kedatangan Paus, sangat penting bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk menjaga kondusivitas dan keamanan. Mari kita tunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara yang mampu menyambut tamu-tamu agung dengan penuh rasa hormat dan kedamaian. Mari kita hindari provokasi dan rumor yang dapat memecah belah persatuan. Setiap individu, komunitas, dan kelompok harus berperan aktif dalam menciptakan suasana yang harmonis dan damai, sehingga kunjungan ini dapat berjalan lancar dan memberikan manfaat yang besar bagi seluruh bangsa.
Kedatangan Paus Fransiskus bukan hanya menjadi peristiwa penting bagi umat Katolik, tetapi juga bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dengan pesan damai dan persatuan yang dibawanya, kunjungan ini diharapkan dapat memperkuat rasa persaudaraan di tengah-tengah keragaman yang ada. Ini adalah kesempatan berharga untuk membangun jembatan antaragama, mempererat hubungan sosial, dan mempromosikan nilai-nilai toleransi dan moderasi. Semoga kunjungan ini menjadi momen yang membekas dalam ingatan dan memberikan dorongan positif untuk masa depan Indonesia yang lebih harmonis, sejahtera, dan penuh kasih.
*Penulis merupakan mahasiswi Universitas Katolik Soegijapranata