Konsep Kolaboratif Langkah Strategis Wujudkan Swasembada Pangan

oleh -2 Dilihat
oleh
banner 468x60

Jakarta – Pemerintah terus memperkuat langkah strategis dalam mewujudkan swasembada pangan nasional. Salah satu pendekatan utama yang diterapkan adalah konsep kolaboratif antara berbagai elemen, mulai dari petani hingga institusi negara. Hal ini tercermin dari capaian signifikan pada kuartal pertama 2025, di mana produksi beras dan jagung nasional mengalami lonjakan yang mengesankan.

Wakil Menteri Pertanian RI, Sudaryono menyampaikan bahwa berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras meningkat sebesar 51 persen dan jagung sebesar 39 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

banner 336x280

“Data ini mengacu pada laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis baru-baru ini. Ini capaian luar biasa berkat kerja keras petani sebagai aktor utama, serta dukungan dari berbagai pihak,” ujar Sudaryono.

Menurut Sudaryono bahwa pencapaian ini tidak lepas dari sinergi yang kuat antara petani, penyuluh, dan dukungan institusi negara seperti TNI dan Polri.

“Untuk produksi beras, TNI punya peran besar dalam pendampingan dan fasilitasi di lapangan. Sedangkan untuk jagung, Polri turut mendorong peningkatan produktivitas dengan berbagai bentuk dukungan,” kata Sudaryono.

Selain itu, ia juga mengapresiasi kontribusi dari pemerintah daerah, dinas pertanian, kepala desa, serta para penyuluh pertanian di bawah naungan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP).

Pemerintah menetapkan kebijakan strategis seperti peningkatan kuota pupuk bersubsidi dari 4,7 juta ton menjadi 9,5 juta ton tahun ini.

“Kebijakan ini diambil untuk mengatasi kelangkaan pupuk yang sempat terjadi pada tahun lalu. Pemerintah juga menetapkan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah minimal Rp6.500 per kilogram, sebagai bentuk keberpihakan terhadap petani,” ucap Sudaryono.

Ia menambahkan, arah kebijakan nasional mencerminkan visi Presiden RI Prabowo Subianto yang membawa pendekatan ekonomi kerakyatan.

“Presiden mengutamakan kepentingan rakyat. Beliau efisienkan anggaran belanja negara hingga mampu menghemat Rp750 triliun dan anggaran itu kemudian dialihkan untuk mendanai kebutuhan mendesak rakyat seperti pupuk, pembelian gabah, hingga perbaikan sekolah,” tutur Sudaryono.

Menanggapi pencapaian itu, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Rizal Edi Halim mengatakan capain peningkatan beras dan jagung itu dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah untuk menopang swasembada pangan.

“Ketika produksi meningkat, maka harus dipastikan harga tetap terjaga di tingkat masyarakat dan memastikan harga di tingkat petani bisa lebih layak,” ungkap Rizal.

Selain itu, Rizal menyampaikan bahwa kondisi cuaca yang mendukung dan perbaikan infrastruktur pertanian seperti irigasi turut mendongkrak hasil panen.

“Perbaikan jaringan irigasi serta penyaluran pupuk yang tepat waktu turut mendukung hasil panen, khususnya di daerah sentra produksi padi,” kata Rizal.

Dengan kolaborasi yang solid, langkah menuju swasembada pangan semakin nyata dan menjanjikan. Keberhasilan peningkatan produksi pangan nasional menjadi bukti konkret bahwa pendekatan kolaboratif merupakan kunci utama dalam mewujudkan swasembada pangan yang berkelanjutan.

(*)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.