Oleh : Benny Alvian )*
China tengah menjajaki peluang kerja sama strategis dengan Danantara Indonesia, atau secara resmi dikenal sebagai Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Danantara merupakan badan pengelola investasi strategis negara yang dibentuk sebagai bagian dari visi besar Presiden Prabowo dalam mendorong investasi nasional. Dalam kerangka global, Danantara dikategorikan sebagai Sovereign Wealth Fund (SWF) atau badan pengelola kekayaan negara Indonesia yang berperan penting dalam mendorong pembangunan jangka panjang dan menjaga stabilitas ekonomi nasional.
Pertemuan bilateral antara perwakilan Kementerian Perdagangan China dan delegasi Danantara yang baru saja digelar di Jakarta menandai babak baru dalam kolaborasi lintas negara. Fokus utama pembahasan adalah potensi kerja sama di sektor energi terbarukan, teknologi manufaktur ramah lingkungan, serta pembangunan infrastruktur cerdas. Inisiatif ini menunjukkan keseriusan kedua belah pihak dalam menciptakan solusi bersama untuk menjawab tantangan global seperti transisi energi dan perubahan iklim.
Chief Investment Officer (CIO) Danantara, Pandu Sjahrir menjelaskan delegasi China memandang Danantara sebagai mitra strategis yang memiliki visi kuat dalam membangun ekosistem investasi berkelanjutan di Indonesia. Danantara dinilai memiliki kapasitas kelembagaan dan sumber daya yang mampu menjembatani kebutuhan investor asing dan kepentingan pembangunan dalam negeri. Kolaborasi ini diharapkan membuka jalan bagi transfer teknologi mutakhir dan investasi modal yang bersifat jangka panjang. Diketahui sejumlah sektor strategis mulai dilirik oleh investor asal Tiongkok. Beberapa di antaranya adalah pengembangan kendaraan listrik atau electric vehicle, data center, hingga barang konsumsi harian.
Rencana kerja sama dengan China dapat menjadi katalisator penting untuk mempercepat pembangunan sektor energi dan teknologi hijau. Danantara siap mendukung pilot project bersama di berbagai wilayah Indonesia, khususnya pada sektor seperti pembangkit listrik tenaga surya, fasilitas pengolahan bioenergi, dan sistem jaringan energi pintar berbasis IoT.
Adapun perusahaan daur ulang asal Tiongkok GEM semakin serius memperluas investasinya di sektor ramah lingkungan Indonesia. Setelah sukses mengembangkan laboratorium manufaktur hijau di Institut Teknologi Bandung (ITB), GEM berencana menanamkan investasi hingga USD8 miliar untuk membangun kawasan industri ramah lingkungan di Sulawesi Tengah.
Ketua Dewan Direksi dari Green Eco-Manufacture (GEM), Xu Kaihua mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar sebagai penghasil nikel terbesar di dunia serta memberikan kemudahan dalam iklim investasi. Faktor tersebut menjadi alasan utama GEM memilih Indonesia sebagai lokasi proyek besar berikutnya. Ia menambahkan bahwa nikel merupakan komponen vital dalam industri baterai kendaraan listrik dan energi terbarukan, sehingga kolaborasi dengan Danantara akan membuka jalan bagi pengembangan industri hilir yang terintegrasi di dalam negeri. Dengan dukungan ekosistem investasi yang dikelola oleh Danantara, Xu optimistis bahwa proyek ini tidak hanya akan memperkuat rantai pasok global, tetapi juga mendorong Indonesia menjadi pusat produksi energi hijau dan teknologi baterai yang berdaya saing tinggi di kawasan Asia.
Lebih lanjut, GEM berencana membangun fasilitas pemurnian dan produksi material baterai berteknologi tinggi di Indonesia dengan nilai investasi awal yang cukup signifikan. Proyek ini dirancang untuk melibatkan mitra lokal dan mendorong alih teknologi kepada tenaga kerja dalam negeri melalui program pelatihan dan pengembangan kapasitas. Langkah ini sejalan dengan tujuan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam di dalam negeri dan menciptakan lapangan kerja berkualitas, terutama di sektor industri hijau yang berbasis keberlanjutan.
Sementara itu, Chief Executive Officer BPI Danantara, Rosan Perkasa Roeslani menilai bahwa langkah ini sangat strategis dalam memperkuat fondasi ekonomi Indonesia di masa depan. Dengan adanya peran Danantara sebagai SWF yang andal dan kredibel, kehadiran investor asing dapat diarahkan untuk memberikan dampak luas terhadap pembangunan berkelanjutan, transformasi industri, dan kemandirian energi. Kerja sama semacam ini dapat menjadi contoh sinergi antara negara berkembang dan negara industri besar yang berbasis pada kepercayaan dan kepentingan jangka panjang.
Kemitraan antara China dan Danantara membuktikan bahwa diplomasi investasi bukan sekadar transaksi bisnis, melainkan juga bagian dari strategi besar membangun masa depan yang lebih hijau, stabil, dan seimbang. Dengan fondasi hukum dan kebijakan yang jelas serta orientasi pada pembangunan nasional, kolaborasi ini berpotensi menjadi motor penggerak baru bagi transformasi ekonomi Indonesia di era global.
Sinergi ini mencerminkan paradigma baru dalam hubungan internasional, di mana kerja sama investasi diarahkan untuk menciptakan nilai bersama, memberdayakan sumber daya lokal, dan memperkuat posisi Indonesia sebagai mitra strategis di tengah pergeseran geopolitik dan dinamika pasar global yang terus berkembang.
)* Penulis merupakan Pengamat Isu Strategis
[edRW]